Tuesday, November 16, 2021

Kata Dan Rasa






Memang negara ini adalah negara Timur Tengah dengan rasa Eropa.
Sebetulnya, sebuah hubungan pernikahan memang tidak selalu bisa dinilai berdasarkan kepercayaan. Ternyata, apapun yang kita yakini, semua kembali kepada komitmen kita sendiri. Begitulah kesimpulan yang aku ambil dari pertemuanku dengan Samir.
Pria asal Turki dengan usia yang cukup matang. Empat puluh tahun. Turki, negara besar dan makmur. Hampir tidak ada kesulitan yang berarti bagi setiap individu disana. Aku bahkan pernah mendengar, kucing kelaparan pun tidak bisa ditemui di negara ini.
Dua tahun lalu, Samir terikat dalam sebuah pernikahan. Pernikahan yang dibangunnya dengan susah payah. Mereka menikah karena cinta. Di usia pernikahan yang ke lima belas tahun, hubungan mereka pun berakhir.
Kebanyakan pria di online dating akan melemparkan semua kesalahan akan kegagalan pernikahan pada mantan istrinya. Dengan apapun alasannya. Namun yang satu ini berbeda. Patut dihargai kejujurannya.
Kami bertemu di situs kencan online. Setelah beberapa waktu ber-chat ria untuk memperkenalkan diri, kami pun masuk pada pembicaraan yang lebih dalam.
“Samir, kenapa kamu ada di online dating?”
“Karena aku kesepian.”
“Di usiamu, aku rasa kamu bukan seorang single.”
“Iya, aku pernah menikah dan memiliki tiga putri. Namun itu sudah berakhir dua tahun lalu.”
“Hmmm… boleh aku tahu alasannya?”
“Karena aku mengakhianati hubungan kami. Aku terlibat perselingkuhan.”
“Okay, dengan siapa?”
“Beberapa wanita.”
Penjelasan yang entah bagaimana berhasil membuatku tertawa. Bukan isi dari chat kami yang membuatku tertawa. Aku tertawa karena kepolosannya.
Bukankah kami masuk ke online dating untuk membangun sebuah hubungan baru? Lantas, bagaimana dengan sangat percaya diri dia menyampaikan padaku bahwa dia berselingkuh dengan beberapa wanita? Apa yang dia pikirkan? Tapi baiklah, aku sangat – sangat menghargai kejujurannya.
“Hmm… iya jelas bagiku alasan perceraianmu. Namun apa alasannya kamu berlaku curang pada istrimu?”
“Aku butuh kebahagiaan hubungan dengan seorang wanita.”
“Maksudnya? Apakah kamu menikah dengan istrimu karena cinta?”
“Iya, kami menikah karena cinta. Namun setelah putri kami yang ketiga lahir, cinta itu serasa sirna.”
“Apa yang terjadi?”
“Istriku terlalu sibuk mengurus anak – anak dan lupa mengurus dirinya.”
“Bukankah mereka anak – anakmu? Tidak pantas kamu cemburu.”
“Betul, tapi jangan lupa. Aku adalah seorang pria. Dan keuanganku sangat mapan. Aku punya tuntutan akan penampilan seorang wanita.”
“Berikan istrimu pembantu dan biarkan dia menjadi cantik kembali.”
“Di rumah kami punya tiga pembantu, namun entah apa yang terjadi tetap saja dia tidak sesuai harapanku.”
“Hmm… lantas kenapa kamu berselingkuh dengan lebih dari satu wanita?”
“Wanita cantik itu menyenangkan, namun tanpa cinta dalam beberapa saat semua terasa membosankan.”
Jawaban yang sebetulnya membuatku ingin menuangkan segelas kopi di kepalanya. Namun apa hendak dikata, kami hanya berbicara via online saja. Sungguh patut dipertanyakan sebetulnya, jenis pria apa Samir ini.
Dia berkelana di dunia maya juga di dunia nyata. Dia menginginkan wanita cantik namun juga ingin cinta. Ketika dia mendapatkan cinta dia juga ingin tuntutan yang lainnya.
Pembicaranku dengan Samir berlangsung selama hampir lima bulan. Kami jarang berbicara tentang masa depan. Nampaknya Samir tidak tertarik untuk pergi ke masa depan bersamaku. Namun dia banyak menceritakan tentang masa lalu dan kegagalan pernikahannya. Dia butuh tempat untuk mencurahkan isi hatinya.
Dalam beberapa kali video call dia menunjukkan rumah dan pekerjaannya. Seorang pemilik ladang perkebunan yang cukup besar dengan beberapa jenis peternakan. Namun hidupnya selalu merasa sendirian. Wanita – wanita cantik datang dan pergi dalam kehidupannya yang nyata. Dan tidak satu pun yang diminta untuk menetap dalam pernikahan. Alasan yang sebenarnya menggelitikku.
Kenapa Samir tidak menikah lagi dengan hidupnya yang mapan?
“Samir, kamu ingin menikah lagi?”
“Entahlah, mungkin suatu hari jika aku bertemu wanita yang bisa menyentuh hatiku.”
“Wanita seperti apa yang akan berhasil menyentuh hatimu?”
“Wanita cerdas, cantik dan bisa mengikatku.”
“Mengikatmu? Apa maksudnya?”
“Aku sadar siapa diriku. Aku pria yang mudah bosan dan cenderung tidak memiliki kesetiaan. Aku ingin wanita yang bisa membuatku bertekuk lutut setiap hari di hadapannya.”
“Wanita jenis apa yang seperti itu?”
“Aku juga tidak tahu, hanya yang aku tahu wanita itu membuatku tidak pernah bisa berpaling darinya.”
Pembicaraan yang tidak terbayang di kepalaku. Bagaimana Samir akan menemukan wanita itu suatu hari nanti. Menurut Samir ini salah satu alasan dia 'pecicilan' di online dating. Dia ingin melihat wanita itu secara murni dari kata – katanya. Dan dia pun ingin dilihat wanita itu secara murni sebagai dirinya yang tidak pernah bisa setia.
Bagiku memang Samir bukan pria ideal untuk menjadi pasangan. Namun Samir adalah pria yang dapat melihat dengan jelas siapa dirinya dan siapa yang diinginkannya. Mengakui kelemahan dan juga kelebihannya. Seringkali seorang pria terkurung dalam arogansi diri. Menganggap diri paling hebat dan selalu menemukan alasan untuk menutup setiap kesalahan. Samir berbeda, dia tahu apa yang dibutuhkannya.
Sampai saat ini kami masih berteman. Sesekali memberi semangat dan bertegur sapa sebagai sahabat. Kami tidak lagi terlibat pembicaraan dengan topik – topik yang berat. Aku masih ingat di bulan lalu ketika Samir tiba – tiba datang padaku.
Dia menyampaikan permintaan yang membuatku sedikit terkejut.
“Maukah kamu pindah ke negaraku dan jadi bagian dari hidupku?”
“Tunggu …. dengan pengakuanmu yang panjang itu, apakah menurutmu aku akan bersedia?”
“Mungkin saja, setidaknya kamu tahu aku pria yang jujur.”
“Kenapa kamu memintaku menjadi bagian dirimu?”
“Karena kamu bisa mengerti aku dari caramu berbicara.”
“Bagaimana kamu tahu? Bukankah kata dan kamera bisa membohongimu?”
“Mungkin, tapi aku juga memilihmu dengan hati. Dan hati tidak akan berdusta.”
“Apa jaminanmu bahwa aku akan bahagia?”
“Tergantung kebahagiaan apa yang kamu inginkan. Jika kamu bahagia dengan uang maka aku punya lebih dari cukup untuk membahagiakanmu. Namun jika kamu menuntut kesetiaan, itu yang aku tidak punya.”
Rasanya aku ingin berguling – guling di tengah lautan membaca chat kami malam itu. Mungkin ada wanita di luar sana yang bahagia dengan limpahan uang. Namun hidup bagiku bukan hanya tentang apa yang kita miliki. Hidup juga tentang apa yang aku inginkan di masa depan. Dan tidak semua keinginanku ada hubungannya dengan uang.
Cinta dan uang memang bukan segalanya. Setelah kegagalan pernikahanku tiga belas lalu, aku percaya bahwa hubungan adalah tentang komitmen. Dan komitmen selalu tentang kesetiaan dan penerimaan. Dalam jatuh bangunnya, dalam baik buruknya, dalam susah senangnya.
Samir memilih dan menilaiku karena kesopanan dan penerimaanku atas pengakuannya. Aku selalu membuat dia merasa nyaman untuk mencurahkan segala isi hatinya. Tanpa menilai atau menghakimi.
Mungkin Samir lupa bahwa aku adalah seorang penulis. Mengaduk – aduk hati dan perasaan dengan kata adalah keahlianku. Samir melihat barisan kata, dan dia lupa ada jiwa di balik kata yang bekerja sendiri dengan pikirannya.




 

No comments:

Post a Comment

Fatherless dan Pengaruhnya Dalam Tumbuh Kembang Anak

  Artikel ini terbit di  Singlemomsindonesia.org Link:  https://singlemomsindonesia.org/fatherless-dan-pengaruhnya-dalam-tumbuh-kembang-anak/