Monday, November 15, 2021

Upgrade Lima Belas

 



Awww ... ganteng banget!!!

Itulah reaksi pertama kali melihat photonya.
Sepupuku bahkan tertawa guling-guling ketika tahu aku menggunakan online dating untuk membentuk sebuah hubungan baru. Beberapa teman mengatakan itu bahaya, banyak kejahatan dan penipuan.
Tapi aku lihatnya nggak begitu. Bagiku online dating hanyalah sebuah sarana. Sarana untuk bertemu dan berkenalan dengan orang-orang baru. Orang-orang yang mungkin tidak akan kita jangkau dengan kaki dan tangan kita.
Buatku, orang-orang yang masuk online dating adalah orang-orang yang berani. Berani mengambil resiko, berani memperkenalkan dirinya, termasuk berani 'pegel' bertemu orang-orang yang salah dan bosannya ngobrol dengan mereka.
Kalau dulu orang-orang yang bermain di online dating dianggap sebagai orang-orang yang secara kehidupan nyata tidak mampu membangun sebuah hubungan. Apakah di jaman sekarang hal seperti ini masih berlaku juga? Tergantung masing-masing individu.
Kita punya sudut pandang, kita punya pilihan dan kita punya penilaian kita sediri.
Tapi kalau buat saya, orang-orang yang masuk online dating termasuk komunitas-komunitas di fb adalah orang-orang yang tahu potensi dirinya untuk di temukan oleh yang lain dengan potensi yang sama.
Jika bertemu orang dengan potensi berbeda atau keinginan yang berbeda, biasanya umur hubungannya nggak lama sih. Beberapa kali chat sudah bosen dan gagal.
Nyatanya selama saya bermain di online dating  dua tahun ini, saya membentuk hubungan-hubungan baru dengan banyak orang . Meskipun sampai sekarang belum sampai melangkah ke pernikahan.
Beberapa menjadi teman baik, sahabat, partner dan beberapa jadi musuh juga. Saling block dan berusaha saling melupakan.
Satu yang akhirnya sampai sekarang tanpa status. Dia seseorang dari Khasmir, Pakistan. Kami bertemu di sebuah komunitas Moslem Single International.
Anggota komunitas fb bisa siapa saja karena gratis dan lebih mudah untuk bergabung.
Berbeda dengan dating site yang kebanyakan adalah mereka yang memiliki uang. Karena berbayar dan cukup rumit dalam pengisian datanya. Ini untuk dating site yang selama ini saya pakai, ya.
Sebenarnya selama ini saya hanya silent rider saja di komunitas ini. Hingga suatu hari saya membuat postingan tentang single mom.
Ternyata postingan saya ini menarik perhatian dari seseorang. Seorang pria dari Khasmir, Pakistan. Dia masuk ke inbox saya. Kami berkenalan dan berbincang banyak tentang pandangan seorang single mom di negara lain.
Dia memberikan banyak sekali cerita juga gambaran hidup seorang single mom di India, Pakistan, Nepal dan Bangladesh karena itu adalah negara-negara sekitar Khasmir dimana dia tahu persis pola kehidupan masyarakat disana.
Ahh trenyuhnya hati mendengar cerita ini. Ternyata single mom di Indonesia jauh dan jauh lebih beruntung. Kita punya kesempatan yang sama dengan yang lain. Kita mendapatkan hak yang sama, kita bisa memperoleh perlindungan yang sama.
Dari banyak pembicaraan ini kami mulai tertarik satu sama lain. Kami mulai berbicara ke ranah pribadi. Memperkenalkan kehidupan sehari-hari dan pekerjaan masing-masing.
Darinya juga aku baru tahu kalau ternyata Khasmir terbagi di dua wilayah, setengah bagian adalah milik India dan setengah bagian adalah milik Pakistan. Dan dia ada di sisi Pakistan.
Lalu kami memutuskan untuk lebih dekat dan mulai membentuk hubungan di WA. Dari WA inilah kami sering melakukan video call. Dia memperlihatkan banyak hal.
Seorang pemilik hotel di Khasmir rupanya, ya ... ya ... ya ....
Pantas saja, cara pandang dan berpikirnya terlihat istimewa. Cara dia memberikan penilaian tentang seorang wanita dan single mom jauh lebih baik dibandingkan dengan pria-pria yang pernah kutemui.
Singkat cerita tahun 2019 dia memutuskan untuk datang ke Indonesia. Baginya Indonesia adalah negara yang jarang terdengar. Dia tahunya Bali. Dia pikir Bali adalah sebuah negara.
Sebenarnya kedatangannya ke Indonesia membuatku ragu juga. Mau apa dia ya?
Kalau sekedar berkunjung, hmm ... biaya untuk sekali visit kan tidak murah juga. Kecuali dia datang dengan sebuah tujuan lain.
Tapi dia bilang, “Ini hanya liburan biasa. Biasanya saya akan berlibur ke daerah Asia lain seperti Jepang, Korea atau China. Tahun sebelumnya saya berlibur ke daerah Timur Tengah. Namun kali ini saya akan berlibur ke Indonesia. Karena saya berlibur sekaligus bertemu seseorang yang dekat di hati.”
Pertama kali melihat langsung dirinya di Indonesia aku sangat terkejut.
Muda banget ...!
Iya, gantengnya jelas sama seperti photonya tapi ketika melihat dengan mata langsung aku rasa dia meng-upgrade umurnya terlalu banyak.
Namun kesempatan bertemu hari pertama tentu bukan hal yang baik untuk bertanya ini itu. Dia rupanya telah meminta asistennya untuk mengatur akomodasi selama di Indonesia.
Sebelumnya dia memintaku untuk mengirimkan map rumahku, untuk mempermudah dia mencari hotel terdekat dengan rumahku.
Betapa tertawanya dia, ketika dia tahu aku tinggal di sebuah perumahan dekat kaki gunung kapur.
“Saya tidak menyangka Indonesia sangat canggih. Bahkan di kaki gunung pun kamu bisa mendapatkan akses internet sebagus ini. Saya di Khasmir, mendapatkan akses internet terbatas. Dan itupun dengan kualitas koneksi yang sangat lambat. Itulah sebabnya saya lebih senang mengirimkan video daripada langsung. Karena pasti akan banyak gangguan dan membuatmu tidak nyaman.”
Dia hanya berencana untuk tinggal di Bogor selama tiga hari. Selanjutnya dia akan melanjutkan perjalanan ke Bali untuk bertemu temannya yang juga pengusaha disana.
Hari pertama pertemuan kami tidak teralu lama. Karena pesawat memang mendarat sudah menjelang sore. Dia memberitahuku bahwa dia sudah sampai di hotel sekitar habis maghrib. Kami makan malam dan bercerita ini itu.
Hari kedua dia di Bogor kami berencana untuk pergi ke sebuah tempat di Jakarta. Dia memang memintaku untuk mengatur tempat-tempat yang mungkin bisa dia kunjungi.
Aku membawa dia ke Taman Mini Indonesia Indah. Aku pikir dari tempat ini dia akan tahu Indonesia secara keseluruhan dalam satu hari. Seharian kami berkeliling. Dia begitu tertarik dengan Indonesia. Dia baru tahu Indonesia banyak suku bangsa dan aneka ragam budaya.
Dia sangat tertarik dan tidak berhenti memotret apapun yang dilihatnya. Dia bahkan sibuk sendiri dan kadang aku merasa dia lupa aku ada disebelahnya ha ... ha ... ha...!
Beberapa candaan ringan menjadi pengiring di hari itu. Dan pembicaraan yang sedikit pribadi di saat makan malam. Dia ingin bertemu keluargaku ke esokan harinya.
Hmm ... secepat itukah? Aku tidak izinkan. Ini pertemuan pertama, terlalu cepat rasanya.
Hari ketiga aku mengajaknya dia ke daerah puncak. Aku tunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya panas tapi punya juga tempat-tempat dingin meskipun tidak sedingin Khasmir tentunya. Karena Khasmir adalah wilayah dengan latar belakang pegunungan Himalaya, lebih banyak udara dingin daripada panas.
Kami banyak wisata kuliner hari itu. Sejak dari Bogor kota sampai ke Puncak Pass. Hari itu waktu kami tidak banyak karena malam hari dia akan terbang ke Bali dan tiga hari kemudian dia akan kembali ke Khasmir, Pakistan langsung dari Bali.
Perjalanan kami di Puncak berakhir di Masjid At-tawun. Sebuah masjid yang indah di Puncak pass. Dari atas sini kami melihat pemandangan yang begitu indah.
Ahhh ... ini moment-nya. Aku ingin mendapatkan jawaban yang membuatku gelisah.
“Jadi Faisal, bolehkah kau jujur padaku? Sebelumnya kau katakan umurmu empat puluh tahun tapi aku rasa kamu berbohong padaku.”
Dia menatapku tanpa senyuman.
“Ya, jika kau tahu umurku maka kau akan langsung menolakku dan aku tidak akan pernah sampai di Indonesia untuk menjangkaumu. Ketika kamu bilang usiamu tiga puluh tujuh. Aku tahu perlu sesuatu untuk mendekat padamu.”
Dalam hatiku, 'ya mungkin.'
“Jadi berapa banyak kamu menambahkan umurmu?”
Dia menatap jauh ke arah kebun teh di depan kami.
“Lima belas.”
Aku menarik nafas panjang, jadi umur sebenarnya adalah dua puluh lima tahun.
“Kita akan tetap menjadi teman. Kamu memliki tempat special di hatiku. Tapi kita tidak akan berhasil dengan hubungan lebih dari ini.”
Dia menolehku dengan tatapan mata penuh kemarahan.
“Aku tidak ada masalah dengan perbedaan umur kita. Aku akan menerimamu secara utuh. Dan juga putrimu.”
Gantian aku menatap kebun teh yang luas itu.
“Ya, kita tidak akan ada masalah setidaknya sampai lima atau sepuluh tahun hubungan kita. Tapi sesudah itu? Mungkin aku mulai masuk masa senjaku dan kamu tetap sebagai pria muda dengan penuh gairah. Itu pasti menjadi masalah.”
Dia ikuti padanganku menatap kebun teh itu
“Aku tidak akan memaksamu. Kamu tahu betul aku mencintaimu. Aku tidak akan menempuh perjalanan sejauh ini jika bukan karena cinta yang mendorongku. Kalau aku sekedar main-main percayalah di Pakistan banyak gadis cantik berbaris rapi dan siap menerimaku. Tapi aku datang kemari karena aku memilihmu. Kamu berpikir terlalu jauh tentang lima atau sepuluh tahun lagi. Tapi bagiku, cinta dan hidup kita adalah tentang hari ini. Pikirkan lagi!”
Itulah akhir pembicaraan kami yang serius. Malamnya dia terbang ke Bali dan tiga hari kemudian dia kembali ke Pakistan.
Aku melihat status akhir WA nya “Indonesia, tolong jaga cintaku.”
Setibanya di Pakistan dia memberikan aku nama panggilan baru “Mrs fox” ha ... ha ... ha ....
Apa alasannya? 
“Karena kamu membuatku jatuh cinta namun kamu curang tidak mengizinkan aku memilikimu.”
Tidak ada goresan diantara kami. Kami bahagia dengan pertemuan kami dan kami bahagia dengan hubungan persahabatan kami yang baru.
Aku memberikan dia julukan baru “LIMO (little monster)” karena ternyata umurnya dua puluh lima dan bukan empat puluh.
Hampir tiga tahun berlalu. Hubungan kami terus berjalan namun aku tidak pernah berani memutuskan apapun. Rasanya rentang umur yang terlalu jauh itu menjadi tembok penghalang yang harus kujaga agar tidak runtuh.
Aku tahu dia yang aku inginkan untuk kebahagiaanku. Aku tahu dia bisa membawa bahagia untukku. Tapi ketakutanku akan luka yang mungkin timbul di masa depan nyatanya membuatku tidak berani mengizinkan diriku untuk sekali lagi masuk ke dalam pernikahan bersamanya.
Karena aku tahu pernikahan bukanlah hanya tentang hari ini dan lima tahun lagi. Ini tentang harapan untuk bersama di dalam satu perjalanan dengan tujuan yang sama.
Aku akan meminta waktu untuk berhenti di usiaku, dan aku akan meminta waktu untuk segera bergulir di usiamu. Bisakah?

No comments:

Post a Comment

Fatherless dan Pengaruhnya Dalam Tumbuh Kembang Anak

  Artikel ini terbit di  Singlemomsindonesia.org Link:  https://singlemomsindonesia.org/fatherless-dan-pengaruhnya-dalam-tumbuh-kembang-anak/